Rabu, 13 Agustus 2008

Mutiara Kuning Dari KalBar

Jeruk Pontianak yang merupakan Jeruk Siam Pontianak berkembang luas di daerah asalnya, Kecamatan Tebas-Sambas Tanaman Jeruk di daerah asalnya telah terbiasa dibudidayakan masyarakat setempat semenjak lama dengan produksi rata-rata saat ini yang cukup tinggi (12 ton/ha/tahun). Pada masanya, sekitar satu dasawarsa yang lalu, terjadi booming produksi jeruk yang menyebabkan rendahnya harga jual di tingkat petani, sehingga pada saat tersebut terjadi trauma pada petani untuk membudidayakan tanaman jeruk dan banyak petani yang menelantarkan kebun jeruknya karena harga jual yang tidak sesuai dengan biaya produksi sehingga petani merugi. Pada masa selanjutnya, petani jeruk kembali bergairah untuk menanam dan mengembangkan tanamana jeruk. Kondisi ini didukung oleh pemerintah setempat dengan terbitnya SK Bupati Sambas Nomor 163 A tahun 2001 tanggal 20 Juli 2001 yang ditindaklanjuti dengan adanya program rehabilitasi dan pengembangan Jeruk.

Program Pemkab. Sambas telah mentargetkan selama tahun 2000-2005 melakukan rehabilitasi dan pengembangnan Jeruk seluas 10.000 ha dengan tidak hanya melibatkan petani jeruk saja, namun juga para pengusaha dan investor swasta. Dari hasil analisis produksi, diperkirakan akan terjadi booming produksi jeruk secara nasional pada tahun-tahun mendatang, dan kondisi ini dikhawatirkan akan memperburuk kondisi pengembangan jeruk dengan rendahnya harga jeruk. Pada tahun 2009, dengan asumsi produktivitas 12 ton/ha/tahun, maka produksi jeruk Kalimantan Barat diperkirakan mencapai 180.000 ton/tahun. Kondisi tersebut merupakan hal yang serius untuk segera dilakukan antisipasi dan jalan pemecahannya.

Pada saat era persaingan bebas dan ketat saat ini beberapa hal penting yang menjadi perhatian para produsen Jeruk adalah kualitas (rasa dan tampilan) yang baik dan sesuai dengan lidah umumnya konsumen, selain itu adalah kecerdasan menembus pasar yang semakin kompetitif. Suatu kenaifan rasanya apabila produk jeruk yang dijual hanya mengandalkan kepada bentuk jeruk segar (buah petik) saja, hal ini mengingat pasar di tingkat nasional telah banyak dipenuhi komoditas yang sama dari beberapa daerah bahkan import yang memiliki kualitas sama atau jauh lebih baik dan tentunya harga yang lebih kompetitif. Dalam upaya pengembangan jeruk (siam) pontianak saat ini, pendekatan dengan pola agribisnis merupakan suatu tuntutan. Aspek-aspek agroinput, agroproduksi, agroindustri, agroniaga dan kelembagaan yang sangat dinamis sesuai dengan permintaan dan selera konsumen secara luas memerlukan antisipasi-antisipasi yang sangat terencana dan mantap.

Aspek agroinput dengan memperhatikan sumberdaya tanah dan bibit diperlukan analisis-analisis yang akurat akan sangat membantu mengingat terjadinya perubahan sifat-sifat alam yang mempengaruhi produksi. Dalam aspek agroproduksi, para petani jeruk telah lama membudidayakan tanaman jeruk dengan berbagai inovasi teknologinya. Secara umum aspek produksi telah banyak dikuasai oleh para petani jeruk dan para petani jerukpun selalu siap untuk menerima inovasi teknologi Jeruk guna meningkatkan performa jeruknya.


Daftar Bacaan

Dirjen Hortikultura, 2006. Artikel Kunjungan Menteri Pertanian, Kampus IPB Bogor.

Tidak ada komentar: