Sabtu, 20 Desember 2008

bakteri

I.MORFOLOGI BAKTERI
Bakteri merupakan mikrobia prokariotik uniselular, termasuk klas Schizomycetes, berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri tidak berklorofil kecuali beberapa yang bersifat fotosintetik. Cara hidup bakteri ada yang dapat hidup bebas, parasitik, saprofitik, patogen pada manusia, hewan dan tumbuhan. Habitatnya tersebar luas di alam, dalam tanah, atmosfer (sampai + 10 km diatas bumi), di dalam lumpur, dan di laut. Bakteri mempunyai bentuk dasar bulat, batang, dan lengkung.
Bentuk bakteri juga dapat dipengaruhi oleh umur dan syarat pertumbuhan tertentu. Bakteri dapat mengalami involusi, yaitu perubahan bentuk yang disebabkan faktor makanan, suhu, dan lingkungan yang kurang menguntungkan bagi bakteri. Selain itu dapat mengalami pleomorfi, yaitu bentuk yang bermacam-macam dan teratur walaupun ditumbuhkan pada syarat pertumbuhan yang sesuai.
Umumnya bakteri berukuran 0,5-10 µm. Bakteri diklasifikasikan berdasarkan deskripsi sifat morfologi dan fisiologi. Bakteri dibagi menjadi 1 kelompok (grup), dengan Cyanobacteria pada grup 20. Pembagian ini berdasarkan bentuk, sifat gram, kebutuhan oksigen, dan apabila tidak dapat dibedakan menurut ketiganya maka dimasukkan ke dalam kelompok khusus.
Struktur Sel BakteriPada umumnya, para ahli menggolongkan struktur bakteri menjadi dinding luar, sitoplasma, dan bahan inti.
Struktur luar.
Bakteri memiliki flagel atau bulu cambuk, pili atau fimbriae, kapsula atau lapisan lendir, dinding sel dimana ada yang struktur dinding sel bakteri Gram Negatif yaitu merupakan struktur yang berlapis, sedangkan bakteri Gram Positif mempunyai satu lapis yang tebal.
Susunan dalam sel bakteri.
Dalam sel baktri terdapat membran sitoplasma, protoplasma, inti, organel-organel lain yang memiliki peran masing-masing.
Spora bakteri.
Istilah spora biasanya dipakai untuk menyebut alat perkembangbiakan pada jamur, ganggang, lumut, dan tumbuhan paku. Pada bakteri memiliki istilah yang lain, yaitu bentuk bakteri yang sedang dalam usaha melindungi diri dari pengaruh yang buruj dari luar. Spora pada bakteri lazimnya adalah endospora, karena spora terbentuk di dalam inti. Bentuk spora bermacam-macam.
Endospora ada yang lebih kecil dan ada juga yang lebih besar daripada diameter sel induknya. Sel yang mengandung spora dinamakan sporangium (kotak spora). Biasanya 1 sporangium berisi 1 spora, kadang kala berisi lebih dari 1 spora, ini disebabkan pembelahan sel yang terlambat.

Morfologi kelompok pada bakteri
Bila bakteri tumbuh di dalam medium yang tidak cair, maka terjadilah suatu kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap spesies, dan bentuk itu merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu. Pengamatan bakteri dapat kita lakukan secara individual, satu persatu, maupun secara kelompok dalam bentuk koloni, dan sifat-sifatnya dapat kita ketahui melalui koloni yang tumbuh di medium permukaannya.
Sifat umum suatu koloni
Sifat khusus suatu koloni dalam medium padat
Sifat khusus suatu koloni dalam medium cair


Enzim dan Metabolisme Bakteri
Klasifikasi enzim berlaku hanya untuk enzim-enzim tunggal, penamaan berdasarkan reaksi yang dikerjakan oleh enzim tersebut dan ditambah akhiran - ase. Menurut Comission on Enzymes of the International Union of Biochemistry terdapat enam kelas utama Enzim yaitu:
1.
Oksidoreduktase

Reaksi transfer elektron (atau pemindahan atom hidrogen)
2.
Transferase

Transfer gugusan fungsional (mencakup fosfat, amino,metil, dsb)
3.
Hidrolase

Reaksi hidrolisis (penambahan molekul air untuk memecahkan ikatan kimiawi)
4.
Liase

Penambahan ikatan ganda pada molekul dan pengusiran non hidrolitik gugusan kimia
5.
Isomerase

Reaksi Isomerasi
6.
Ligase

Pembentukan ikatan disertai pemecahan atau penambahan ATP

Keadaan yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah:
Konsentrasi enzim.
Konsentrasi substrat.
pH dan
Suhu
Setiap enzim berfungsi optimal pada pH dan temperatur tertentu. Suhu yang sangat rendah dapat menghentikan aktivitas enzim tetapi tidak menghancurkannya. Aktivitas enzim diatur melalui 2 cara yaitu
Pengendalian katalisis secara langsung dan Pengendalian genetik.
Metabolisme pada bakteri pada dasarnya seperti yang terjadi pada sel-sel organisme lain secara umum. Reaksi metabolisme terdiri atas dua proses yang berlawanan. Metabolisme pertama adalah sintesis protoplasma dan penggunaan energi disebut anabolisme. Metabolisme kedua yaitu suatu proses oksidasi substrat yang diikuti perolehan energi disebut katabolisme.
Sistem Pencernaan RuminansiaPencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yangdialami bahan makanan selama berada di dalam alat pencernaan. Prosespencernaan makanan pada ternak ruminansia relatif lebih kompleksdibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak lainnya. 
Perut ternak ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu retikulum (perutjala), rumen (perut beludru), omasum (perut bulu), dan abomasum (perut sejati).Dalam studi fisiologi ternak ruminasia, rumen dan retikulum sering dipandangsebagai organ tunggal dengan sebutan retikulorumen. Omasum disebut sebagaiperut buku karena tersusun dari lipatan sebanyak sekitar 100 lembar. Fungsiomasum belum terungkap dengan jelas, tetapi pada organ tersebut terjadi penyerapan air, amonia, asam lemak terbang dan elektrolit. Pada organ inidilaporkan juga menghasilkan amonia dan mungkin asam lemak terbang(Frances dan Siddon, 1993).
Termasuk organ pencernaan bagian belakang lambung adalah sekum, kolon dan rektum. Pada pencernaan bagian belakangtersebut juga terjadi aktivitas fermentasi. Namun belum banyak informasi yangterungkap tentang peranan fermentasi pada organ tersebut, yang terletak setelahorgan penyerapan utama. Proses pencernaan pada ternak ruminansia dapatterjadi secara mekanis di mulut, fermentatif oleh mikroba rumen dan secarahidrolis oleh enzim-enzim pencernaan. 
Pada sistem pencernaan ternak ruminasia terdapat suatu proses yangdisebut memamah biak (ruminasi). Pakan berserat (hijauan) yang dimakanditahan untuk sementara di dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakanyang telah berada dalam rumen dikembalikan ke mulut (proses regurgitasi),untuk dikunyah kembali (proses remastikasi), kemudian pakan ditelan kembali(proses redeglutasi).
Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzimmikroba rumen. Kontraksi retikulorumen yang terkoordinasi dalam rangkaianproses tersebut bermanfaat pula untuk pengadukan digesta inokulasi danpenyerapan nutrien. Selain itu kontraksi retikulorumen juga bermanfaat untukpergerakan digesta meninggalkan retikulorumen melalui retikulo-omasal orifice(Tilman et al. 1982). 
Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya.Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa danfungi (Czerkawski, 1986). Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangatbermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena dia membentuk koloni padajaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding seltanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen. 
Bakteri rumen dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat utama yang digunakan, karena sulit mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya. Kebalikannya protozoa diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudahdilihat berdasarkan penyebaran silianya. Beberapa jenis bakteri yang dilaporkanoleh Hungate (1966) adalah :
a)bakteri pencerna selulosa (Bakteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens, Ruminococcus albus, Butyrifibriofibrisolvens)
b)bakteri pencerna hemiselulosa (Butyrivibrio fibrisolvens,Bakteroides ruminocola, Ruminococcus sp),
c)bakteri pencerna pati(Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis, Succinnimonas amylolytica, 
d)bakteri pencerna gula (Triponema bryantii, Lactobasilus ruminus), (e) bakteri pencerna protein (Clostridium sporogenus, Bacillus licheniformis). 
Protozoa rumen diklasifikasikan menurut morfologinya yaitu: Holotrichsyang mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna karbohidrat yangfermentabel, sedangkan Oligotrichs yang mempunyai silia sekitar mulutumumnya merombak karbohidrat yang lebih sulit dicerna (Arora, 1989). 

II.ISOLASI
Isolasi Mikroba
Kulturisasi bakteri untuk keperluan yang bermanfaat, pada umumnya dilakukan dengan biakan murni. Biakan murni hanya mengandung satu jenis. Untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni, umumnya digunakan dua prosedur yaitu: metode agar cawan dengan goresan dan metode agar tuang.
Biakan adalah medium yang mengandung organisme hidup. Medium itu menye-diakan zat makanan untuk pertumbuhan bakteri. Berbagai resep ramuan untuk membuat media telah dibuat untuk memungkinkan tumbuhnya jenis-jenis tertentu. Medium pilihan dan diferensial bermaafaat untuk memisahkan beberapa jenis.
Identifikasi jenis menggunakan semua sifat yang berkaitan dengan jenis. Hal ini mencakup morfologi, daya gerak, sifat biokimianya, kebutuhan akan oksigen, reaksi pewarnaan Gram, dan beberapa diantaranya sifat kekebalan.
Dalam pemeliharaan kultur terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sehingga tidak hanya mempertahankan sel agar tetap hidup, tetapi dapat juga memperta-hankan sifat-sifat genotip dan fenotipnya.
Terdapat 3 metode dalam pemeliharaan kultur, antara lain penyimpanan kultur dengan cara pengeringan; metabolisme terbatas; dan penyimpanan kultur dengan cara liofilisasi. Metode yang sering digunakan adalah pengeringan beku.

Isolasi Bakteri Asam Laktat Pada Cairan Rumen Sapi
Isolasi bakteri asam laktat (BAL) dilakukan dari cairan rumen sapi. Selanjutnya diencerkan dengan 100 ml larutan NaCl fisiologis. Bakteri kemudian ditumbuhkan dalam media MRS (de Mann, Rogosa, Sharpe). Ke dalam media MRS agar yang telah disiapkan sebelumnya ditambahkan 60 ppm bromcresol purple (BCP) sebagai indikator pH. Sebanyak 0.1 ml sampel cairan rumen kemudian dituang ke dalam petri yang berisi 15 ml media MRS agar + BCP yang bersuhu 450C. Setelah padat, media MRS agar diinkuba-sikan pada kondisi anaerob dengan cara menambahkan 2 sachet (3600 ml H2 dan 700 ml CO2) gas geneating kit ke dalam tabung anaerob untuk selanjutnya diinku-basi dengan suhu inkubasi 370C selama 2 hari.
Adanya koloni yang tumbuh diisolasi dan selanjutnya diseleksi. Adanya BAL ditandai dengan adanya koloni bakteri yang berwarna kuning sebagai ciri dihasilkannya asam yang berperanan dalam merubah warna indikator pH BCP pada media MRS agar dari ungu menjadi kuning (Garver dan Muriana, 1993).

III.Seleksi Bakteri Asam Laktat
Metode yang digunakan adalah metode “direct antagonism” dengan “stab inoculation” menggunakan strain indikator bakteri penguji (strain yang secara philogenik dekat). Untuk tujuan skrining, uji ini dilakukan pada media padat dan meliputi deteksi penghambatan pertum-buhan yang disebabkan oleh strain produktor. Caranya adalah sebagai berikut. Sebanyak satu ose (sekitar 1 x 106 cfu) bakteri strain indikator dibiakan pada permukaan media agar darah dengan cara membuat goresan lurus sepanjang garis tengah/diameter plat. Setelah dibiakan selama 24 jam, ke atas koloni bakteri yang akan diuji disentuhkan jarum ose dan selanjutnya diletakkan di atas permukaan strain indikator yang telah digores sebelumnya dengan sedikit masuk ke dalam media (stab inocula).
Biakan kemudian diinkubasikan pada 370C selama 24 jam. Uji ini dilakukan dengan dua kali ulangan menggunakan ose yang sama. Adanya senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh bakteri ditandai dengan zona terang di sekitar stab inocula. Isolat yang menghasilkan zona hambatan terluas (diukur dalam satuan mm) dipakai sebagai bakteri penghasil substansi antimikroba pada uji lanjutan (Garver dan Muriana, 1993; Wiryawan e al., 2003).

IV.Identifikasi Bakteri Asam Laktat Penghasil Substansi Antimikroba
Bakteri asam laktat dengan diameter zona bening paling luas selanjutnya diisolasi dan diidentifikasi berdasarkan sifat koloni (besar, bentuk, warna dan permukaan koloni). Idenifikasi kemudian dilanjutkan dengan uji fisiologis dan biokimia seperti pewarnaan Gram, uji katalase, uji produksi gas, uji pertumbuh-annya pada NaCl 15%, uji pertumbuhan pada suhu 100C, dan uji pertumbuhannya pada pH 9,6 (Brashears et al., 2003 ; Widodo, 2003; Wilderdyke e al., 2004).







V.Membuat pupuk Effective Microorganisme atau EM
Pupuk EM adalah pupuk organik yang dibuat melalui proses fermentasi menggunakan bakteri (microorganisme). Sampah organik dengan proses EM dapat menjadi pupuk organik yang bermanfaat meningkatkan kualitas tanah. Beriikut langkah-langkah pembuatan pupuk menggunakan EM :
Pembuatan bakteri penghancur (EM).
Bahan-bahan :
Susu sapi atau susu kambing murni.
Isi usus (ayam/kambing), yang dibutuhkan adalah bakteri di dalam usus.
Seperempat kilogram terasi (terbuat dari kepala/kulit udang, kepala ikan) + 1 kg Gula pasir (perasan tebu) + 1 kg bekatul + 1 buah nanas + 10 liter air bersih. 
Alat-alat yang diperlukan :
Panci, kompor dan blender/parutan untuk menghaluskan nanas.
Cara pembuatan :
Trasi, gula pasir, bekatul, nanas (yang dihaluskan dengan blender) dimasak agar bakteri lain yang tidak diperlukan mati.
Setelah mendidih, hasil adonannya didinginkan.
Tambahkan susu, isi usus ayam atau kambing.
Ditutup rapat. Setelah 12 jam timbul gelembung-gelembung.
Bila sudah siap jadi akan menjadi kental/lengket.
Perlu diperhatikan susu jangan yang sudah basi karena kemampuan bakteri sudah berkurang. Sedangkan kegunaan nanas adalah untuk menghilangkan bau hasil proses bakteri.


VI.Cara lain dalam pembuatan pupuk EM
Prose pembuatan pupuk cair organic berlangsung secara anaerob atau secara fermentasi tanpa bantuan sinar matahari.
Bahan:
Sampah organic basah, Rajang dan padatkan ½ karung uk.25 kg
Larutan media: Cairan molase 500 ml
Air bekas cucian beras (cucian pertama 1 liter
Air kelapa yang sudah tua 1 liter
Air bersih 7 liter
Peralatan:
Ember tertutup uk. 20 ltr
Karung serat sintetis.
Tali
Cara pembuatan:
1.Masukkan sampah organic ke dalam karung dan tekan sampai padat, lalu ikat.
2.Masukkan larutan media ke dalam ember. Masukkan karung (1) ke dalam ember hingga terendam seluruhnya.
3.Berikan beban diatas karung tersebut agar tidak mengapung. Tutup rapat hingga udara tidak dapat masuk.
4.Simpan selama 7-10 hari di tempat teduh dan terhindar dari sinar matahari langsung.
5.Setelah proses fermentasi selesai, angkat karung (1) dan pisahkan dari larutan media. Pupul cair organic sudah dapat digunakan:
Untuk pemupukkan daun dengan penyemprotan 100:1 (500 ml air : 5 ml pupuk cair organic).
Untuk pemupukkan akar dengan menyiramnya 500:1 (5 lt air : 10 ml pupuk cair organic).
Untuk mengurangi bau khas pupuk cair organic dapat dicampur dengan persan air jeruk citrun atau daun pandan

VII.Cara Pembiakan Bakteri
Untuk menghemat biaya, bibit bakteri EM4 yang dibeli di toko atau koperasi Saprotan dapat dikembangbiakkan sendiri, sehingga kebutuhan pupuk organik untuk luas lahan yang ada dapat dipenuhi. Adapun prosedur pembiakan bakteri EM4 adalah sebagai berikut:
Bahan dan Komposisi:
1 liter bakteri
3 kg bekatul (minimal)
kg gula merah/gula pasir/tetes tebu (pilih salah satu)
¼ kg terasi
5 liter air
Alat dan Sarana:
Ember
Pengaduk
Panci pemasak air
Botol penyimpan
Saringan (dari kain atau kawat kasa)
Cara Pembiakan:
1.Panaskan 5 liter air sampai mendidih.
2.Masukkan terasi, bekatul dan tetes tebu/gula (jika memakai gula merah harus dihancurkan dulu), lalu aduk hingga rata.
3.Setelah campuran rata, dinginkan sampai betul-betul dingin! (karena kalau tidak betul-betul dingin, adonan justru dapat membunuh bakteri yang akan dibiakkan).
4.Masukkan bakteri dan aduk sampai rata. Kemudian ditutup rapat selama 2 hari.
5.Pada hari ketiga dan selanjutnya tutup jangan terlalu rapat dan diaduk setiap hari kurang lebih 10 menit.
6.Setelah 3-4 hari bakteri sudah dapat diambil dengan disaring, kemudian disimpan dalam botol yang terbuka atau ditutup jangan terlalu rapat (agar bakteri tetap mendapatkan oksigend ari udara).
7.Selanjutnya, botol-botol bakteri tersebut siap digunakan untuk membuat kompos, pupuk cair maupun pupuk hijau.
8.Catatan: Ampas hasil saringan dapat untuk membiakkan lagi dengan menyiapkan air kurang lebih 1 liter dan menambahkan air matang dingin dan gula saja.

Daftar Pustaka
Purwendo Setyo, Nurhidayat, 2008. mengolah sampah untuk pupuk & pestisida organic. Get a free blog at WordPress.com. Theme: ChaoticSoul by Bryan Veloso, dalam blog Ayo Mudik Membangun Desa
I Wayan Suardana, I Nyoman Suarsana, I Nengah Sujaya2 dan Komang Gede Wiryawan, 2007. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat dari Cairan Rumen Sapi Bali sebagai Kandidat Biopreservatif . Jurnal Veteriner Desember Jurnal Veteriner (Veterinary Journal) - Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Komang G. Wiryawan, Anita S. Tjakradidjaja, Rarah Ratih A.M dan Eliyana D. Janingrum, 2005. Isolasi Bakteri Asam Laktat Penghasil Antimikroba. Jurnal Veteriner (Veterinary Journal) - Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

permodalan

KREDIT MODAL KERJA

Kredit Modal Kerja (KMK) adalah fasilitas kredit modal kerja yang diberikan baik dalam rupiah maupun valuta asing untuk memenuhi modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal 1 tahun.
KMK - Revolving
Kredit Modal Kerja (KMK) adalah fasilitas kredit modal kerja yang diberikan baik dalam rupiah maupun valuta asing untuk memenuhi modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal 1 tahun namun dapat diperpanjang.
KMK Aflopend
Adalah kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha.
KMK Kontraktor
Adalah kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja khusus bagi usaha jasa kontraktor yang habis dalam satu siklus usaha.
Ketentuan :
Mempunyai usaha yang layak dibiayai. .
Mempunyai izin-izin usaha, misalnya SIUP, TDP, dll
Maksimum jangka waktu kredit 1 tahun.
Agunan utama adalah usaha yang dibiayai. Debitur menyerahkan agunan tambahan jika menurut penilaian Bank diperlukan.
Bunga :
Suku bunga kredit 19% *)
Manfaat :
Penarikan dilakukan setiap saat.
Bagian yg belum ditarik tidak dikenakan bunga.
Pelunasan pada saat jatuh tempo kredit.
Aktivitas keuangan disalurkan melalui rekening pinjaman.
Tujuan pembiayaan untuk modal kerja yang mempunyai pola fluktuasi/turnover tinggi.

Aplikasi
Wilayah DKI Jakarta Dapat diajukan di City Business Center (CBC);
1.CBC Wilayah III Jakarta Kota, Jl. Lapangan Stasiun No. 2, Jakarta Barat.
2.CBC Wilayah IV Jakarta Thamrin, Jl. M.H. Thamrin No. 5, Jakarta Pusat.
3.CBC Wilayah V Jakarta Sudirman, Jl. Jend. Sudirman Kav 54-55, Jakarta Selatan.
Luar Wilayah DKI Jakarta Dapat diajukan di setiap cabang-cabang atau Hub Bank Mandiri diseluruh Indonesia.
Atau Hubungi Hot-line kami di, PT Bank Mandiri (Persero) - Commercial Banking Group Plaza Mandiri Lt. 24 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 36-38 Jakarta 12190
Telp. (021) 5245026 - 5245168, Fax. (021) 5263632
*) Suku bunga dapat berubah sewaktu-waktu

pasteurisasi

ACARA I
PASTEURISASI



I. ACARA : Pembuatan Rumah / Tombong u.k. 4 x 6 m Untuk Rumah Jamur Merang

II. MAKSUD / TUJUAN :
1.Mengetahui cara pembuatan tombong jamur merang
2.Mengetahui proses pasteurisasi

III. WAKTU : Nopember 2008

IV. TEMPAT : Lahan Praktek STPP Yogyakarta

V. DASAR TEORI
PASTEURISASI
1.Pasteurisasi adalah perlakuan panas yang diberikan pada bahan baku dengan suhu di bawah titik didih.
2.Teknik ini digunakan untuk mengawetkan bahan pangan yang tidak bahan suhu tinggi, misalnya susu.
3.Pasteurisasi tidak mematikan semua mikroorganisme, tetapi hanya yang bersifat patogen dan tidak membentuk spora.
4.Proses ini sering diikuti dengan teknik lain misalnya pendinginan atau pemberian gula dengan konsentrasi tinggi.

TUJUAN
1.Untuk membunuh bakteri patogen, yaitu bakteri yang berbahaya karena dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Bakteri pada susu yang bersifat patogen misalnya Mycobacterium tuberculosis dan Coxiella bunetti dan mengurangi populasi bakteri.
2.Untuk memperpanjang daya simpan bahan atau produk
3.Dapat menimbulkan citarasa yang lebih baik pada produk
4.Pada susu proses ini dapat menginaktifkan enzim fosfatase dan katalase yaitu enzim yang membuat susu cepat rusak.

METODE PASTEURISASI
1.Pasteurisasi dengan suhu tinggi dan waktu singkat (High Temperature Short Time/HTST), yaitu proses pemanasan susu selama 15 – 16 detik pada suhu 71,7 – 75ºC dengan alat Plate Heat Exchanger.
2.Pasteurisasi dengan suhu rendah dan waktu lama (Low Temperature Long Time/LTLT) yakni proses pemanasan susu pada suhu 61ºC selama 30 menit.
3.Pasteurisasi dengan suhu sangat tinggi (Ultra High Temperature) yaitu memnaskan susu pada suhu 131ºC selama 0,5 detik

PLATE HEAT EXCHANGER


VI. BAHAN
1. Bambu
2. Paku
3. Kawat
4. Terpal plastik
5. Plastik transparan
6. Isolotip
7. Drum
8. Pipa besi
9. Tungku
10. Kayu bakar

VII. ALAT
1.Gergaji
2.Parang
3.Palu
4.Tang / catut
5.Linggis
6.Meteran
7.Tatak / pengot

VIII. CARA KERJA
1.Drum bagian atas dilubangi dan dilas dengan paralon besi
2.Buat bangunan rumah dari bambu dengan ukuran 4 m x 6 m
a. Pembuatan Kumbung
Penentuan Lokasi :
1.    Sumber jerami
2.    Sumber air
3.    Jalan

Gambar 1. Sketsa Kumbung Jamur Merang





Gambar 2. Peralatan Pasteurilisasi

b. Persyaratan Kumbung :
1. Dinding dalam dan atas menggunakan plastik polyetilen
2. Dinding luar menggunakan sterofoam
3. Kumbung lebih baik ditempat
3.Tutup setengah bagian atap bangunan dengan terpal plastik
4.Buat rak dipan tingkat dua (2) sebanyak 2 unit ukuran lebar 60 cm, panjang 3 m, tinggi 2,5 m
5.Tutup setengah bagian atas bangunan dengan plastik transparan
6.Tutuk rapat setengah bagian dinding bangunan dengan pastik transparan
7.Tutup rapat dengan menggunakan isolotip bagian-bagian sambungan penutup plastik transparan
8.Buat pintu pada bagian ruangan yang tertutup plastic transparan
9.Buat tungku pembakaran pada bangunan yang atasnya tertutup terpal, usahakan agak jauh dari dinding bangunan sebelahnya
10.Tempatkan drum diatas tungku dan buat lubang pada dinding bangunan sebelahnya dan masukkan pipa pemanas ke dalamnya, usahakan berada di bawah rak dipan media
11.Tutup rapat pada lubang pipa pemanas dan lilitkan kain basah pada pipa
12.Isi drum dengan air sampai 2/3 nya
13.Pasang kayu bakar dan nyalakan
14.Lakukan pemanasan / pembakaran ini selama ± 10 jam dihitung dari mulai air mendidih
IX. HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di lapangan maka diperoleh hasil bahwa bangunan rumah lambat jadi / berdiri / siap digunakan karena :
1. Kurang siapnya bahan – bahan untuk mendirikan bangunan
2. Waktunya sempit
3. Kondisi tidak memungkinkan karena hujan
4. Kurangnya kerjasama dan disiplin kerja
15.Pipa pemanas tidak memenuhi standar / kurang besar / tidak sesuai untuk ruangan ini
16.Tidak adanya thermometer untuk mengukur suhu ruangan yang dibutuhkan

X. ANALISIS HASIL
1. Bangunan cukup memadai untuk penanaman jamur merang
2. Proses pasteurisasi dapat dikatakan kurang memuaskan

XI. PEMBAHASAN
Beradasarkan hasil pengamatan dan analisis hasil dapat dijelaskan bahwa :
1.Hendaknya bahan-bahan dapat disiapkan terlebih dahulu dan direncanakan sebelumnya sehingga pembangunan ini dapat cepat selesai
2.Perlu adanya tambahan waktu dalam pembuatan bangunan ini
3.Kurang trampilnya mahasiswa dalam membuat bangunan ini
4.Pipa pemanasan hendaknya diusahakan yang lebih besar sehingga lebih efektif dan efisien
5.Bentuk / model drum pemanas kurang pas, sehingga uap panas yang dihasilkan / dialirkan ke ruang steril tidak memuaskan
6.Suhu ruangan tidak dapat diukur dengan pasti



XII. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1.Bahan dan alat yang kurang siap, sangat berpengaruh dalam proses pembuatan bangunan
2.Ketrampilan, kerjasama dan disiplin kerja yang kurang, sangat berpengaruh dalam keberhasilan melaksanakan kegiatan
3.Desain drum serta pipa pemanas yang kurang pas, sangat berpengaruh terhadap uap panas yang dihasilkan / di keluarkan masuk kedalam ruang sterili
4.Tidak adanya thermometer, maka suhu ruangan tidak dapat diukur sesuai dengan kebutuhan























DAFTAR PUSTAKA

Hidayat Nur. 2007. Blanching, Pasteurisasi dan Sterilisasi. Pengantar Teknologi Pertanian. Minggu 7. Ptp2007.wordpress.com

kelangkaan pupuk

A.Pendahuluan

Dalam rangka pendalaman matakuliah Masalah Khusus, perlu dilaksanakan praktek lapang. Praktek lapang ini akan menjadikan wahana peningkatan pemahaman, persepsi dan sikap mahasiswa dalam mendalami tentang penyaluran informasi dan permasalahan yang ada di bidang pertanian khususnya yang terdapat di wilayah Yogyakarta
Dalam proses analisis masalah adalah, untuk memahami seluruh informasi yang terdapat dalam suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilaksanakan dan faktor-faktor internal dan eksternal dari suatu permasalahan kemudian memecahkan masalah yang sedang terjadi. Kasus atau masalah yang sedang terjadi kemudian di jelaskan secara detail dengan menggunakan diagram bagaimana (pohon masalah) yang bertujuan untuk menggali sebab-sebab terjadinya suatu masalah
Lokasi praktek dipilih atas pertimbangan bahwa lembaga-lembaga tersebut merupakan lembaga yang berhubungan dalam permasalahan Kelangkaan Pupuk. Tentunya kelangkaan pupuk kimia ini tidak lepas dari faktor internal dan eksternal. Untuk itu menjadi harapan mahasiswa dapat memperoleh informasi yang jelas tentang kelangkaan pupuk kimia ini.
Prosedur dalam penelusuran informasi yang akan dilaksanakan dalam kegitan praktek lapang tersebut adalah mencari informasi kepada sumber mengapa permasalahan itu terjadi? dan bagaimana pemecahannya
Setelah melakukan kunjungan kelapangan, diharapkan mahasiswa dapat membandingkan dengan teori yang di peroleh di kelas, juga mengetahui kelebihan dan kekurangan, peluang dan biaya dari masing-masing alternatip pemecahan masalah sehingga dapat memudahkan proses pemilihan pemecahan yang lebih obyektif.


B.Tujuan
Mahasiswa dapat menelusuri informasi Kelangkaan Pupuk yang terdapat di dilapangan

C.Peserta
Praktek lapang ini dilaksanakan bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Jurusan Penyuluhan Pertanian di Yogyakarta sebanyak 6 orang terdiri dari 6 orang mahasiswa.

D.Pelaksanaan
Praktek kunjungan lapang terselenggarakan pada :
Hari, tanggal :
Pukul :
Tempat : BPP Seyegan dan P.T NASA

















E.HASI PENGAMATAN
Dari wawancara yabg telah dilakukan pada waktu kegiatan kunjungan lapang maka diperoleh keterangan sebagai berikut :
1.Distribusi Dari Pabrik Pupuk Ke Petani.
Dibawah ini adalah gambar dari jalur pendistribusian pupuk kimia dari produsen atau pabrik pupuk ke konsumen ( petani )















Dalam jalur distribusi inilah terdapat banyak penyimpangan, sehingga pupuk di pasaran pada saat petani akan memupuk tanaman terutama tanaman padi menjadi langka atau tidak tersedia. Kalaupun ada harga dari pupuk tersebut tidak sesuai dengan apa yang telah di tetapkan oleh pemerintah


2.Kendala – Kendala Baik Eksternal Maupun Internal Tentang Kelangkaan Pupuk.
Berdasarkan pengamatan, terdapat beberapa faktor penyebab kelangkaan pupuk yang terjadi selama ini. Dua faktor di antaranya adalah:
a)Turunnya produksi pupuk akibat kelangkaan pasokan gas (faktor internal)
b)Terjadinya penyimpangan distribusi akibat adanya disparitas harga pupuk urea (faktor eksternal)
c)Keterbatasan dana petani dalam pembelian pupuk kimia.
3.System Pendataan Yang Kurang Akurat
Sistem dari pendataan yang terdapat di masyarakat petani atau dalam penyusunan RDKK ( Rencana Dasar Kebutuhan Kelompok ) masih lemah. Hal ini dapat diartikan bahwa masih kurang sosialisasi dari pemerintah dalam menerima system pendistribusian langsung lewat kelompok tani. Sehingga membuat jalanya proses pendistribusian pupuk kepada kelompok sedikit terhambat.

4.Kebijakan Yang Diambil Dalam Mengatasi Permasalahan
Kebijakan pemerintah sangat berpengaruh dalam mengatasi pesoalan ini. Terutma kebijakan yang menyangkut penyediaan bahan baku dari pupuk. Pasokan gas yang menjadi bahan baku dalam pembuatan pupuk urea dibatasi oleh pemerintah dikarenakan pemerintah lebih mengutamakan gas tersebut untuk ekspor.
Peningkatan subsidi di bidang pertanian, Indonesia adalah Negara agraris yang mata pencaharian sebagian penduduknya adalah petani tetapi alangkah ironis sekali apabila subsidi dalam sector pertanian hanya ± 20 % saja.




F.Pembahasan
1.Distribusi
Pupuk bersubsidi digunakan untuk keperluan Intensifikasi dan Non Intensifikasi. Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari dalam negeri dari Lini I maupun impor dari Lini II sampai dengan Lini IV, menjadi tanggung jawab PT Pusri. Dalam hal penyaluran pupuk  dari Lini III ke Lini IV, dilakukan oleh KUD penyalur. pengadaan dan penyaluran pupuk Urea, SP-36/TSP dan ZA dari Lini I sampai dengan IV untuk Sub Sektor Tanaman Pangan dilaksanakan oleh PT Pusri. KUD penyalur ditunjuk oleh PT Pusri, sedangkan KUD pengecer dan pengecer ditunjuk oleh KUD penyalur dengan persetujuan PT Pusri.  Akan tetapi dikarenakan KUD-KUD banyak yang tidak berfungsi maka penyaluran pupuk dari lini III dan IV yang seyogyanya KUD dilimpahkan kepada pihak swasta.
PT Pusri sebagai pelaksana dan penanggung jawab atas pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini I sampai IV. Produsen pupuk wajib mencantumkan tulisan "Bersubsidi" pada sisi depan kantong pupuk. Penyaluran pupuk urea untuk tanaman pangan, perikanan, peternakan dan perkebunan rakyat dilaksanakan oleh unit niaga PT Pusri, produsen, distributor dan pengecer. SK ini juga memuat tentang persyaratan sebagai distributor.

2.Kendala – kendala yang di hadapi
Terkait masalah pertama, yaitu kelangkaan pupuk akibat kelangkaan pasokan gas pada industri pupuk, hal ini sangatlah ironis. Pasalnya, gas yang merupakan bahan baku utama pupuk urea, sesungguhnya tersedia dalam jumlah yang sangat melimbah di bumi Indonesia. Bahkan Indonesia termasuk negara produsen gas terbesar di dunia. Namun nyatanya hal ini memang terjadi.
Pada tahun 1970-an, Indonesia memiliki pabrik pupuk PT. Asean Aceh Fertilizer (AAF) di Aceh. Pabrik pupuk tersebut merupakan salah satu kebanggan bangsa Indonesia, yang menjadi “simbol kemandirian” pertanian Indonesia. Namun apa dikata, pada tahun 2000, pabrik pupuk ini terpaksa dilikuidasi karena tidak mendapatkan pasokan gas, setelah PT. Exxon Mobil Oil –perusahaan minyak dari AS– tidak lagi mau menyupli gas. Nasib yang sama juga menimpa PT. Pupuk Iskandar Muda (PIM) II. Selama satu tahun, pabrik pupuk ini tidak beroperasi. Baru mulai beroperasi kembali sekitar pertengah April 2006, setelah mendapatkan pasokan gas dari Exxon Mobil Oil, itu pun hanya sampai Oktober 2006 saja. Sedangkan untuk PIM I, sampai Oktober 2006 tidak mendapat kontrak mengenai pasokan gas, sehingga pabrik tersebut tidak beroperasi.
Pasokan gas ke PT. Pupuk Kujang 1B juga belum ada kepastian. Pabrik Kujang 1B yang baru saja diresmikan Presiden SBY, pada April 2006, ternyata hanya memiliki kontrak pasokan gas selama tiga tahun, yakni 1 Januari 2006 hingga 31 Desember 2006.
Semua ini terjadi bukan karena jumlah produksi gas tidak mencukupi kebutuhan; melainkan, produksi gas yang ada lebih banyak dialokasikan untuk memenuhi kontrak pembelian dari luar negeri, terutama Jepang dan Korea. Alasannya karena harga gas di luar negeri jauh lebih tinggi dibanding dalam negeri.
Di luar negeri harga gas mencapai US$ 9,15 per mmBtu, sedangkan harga gas untuk pabrik pupuk hanya sekitar US$ 2-3,2 per mmBtu. Parahnya lagi, sikap demikian ini tidak hanya dilakukan oleh perusahaan swasta seperti PT. Exxon Mobil Oil, tetapi juga dilakukan oleh Pertamina, yang notabene merupakan perusahaan milik negara. Akibatnya kepentingan dalam negeri justru terabaikan, hanya untuk mengejar keuntungan yang belum tentu secara efektif masuk ke kas negara.
Ini semua terjadi akibat pengelolaan sektor pertambangan, termasuk gas, yang didasarkan pada prinsip liberal-kapitalistik. Dengan prinsip ini, pemerintah memposisikan diri seolah sebagai penjual, sementara rakyat diposisikan sebegai pembeli. Pemerintah juga memposisikan diri seolah sebagai pemilik tambang, yang punya otoritas untuk memberikan hak penguasaan tambang kepada swasta, baik dalam negeri maupun asing. Dengan prinsip seperti ini, kepentingan dan hak-hak rakyat untuk mendapatkan manfaat dari hasil tambang sudah pasti akan terabaikan.
Adapun masalah kedua, yaitu kelangkaan pupuk akibat disparitas harga, hal ini terjadi karena di Indonesia diberlakukan dua harga pupuk, yaitu pupuk subsidi untuk petani dan pupuk non subsidi untuk perusahaan perkebunan dan industri. Saat ini pemerintah menetapkan HET (harga eceran tertinggi) untuk pupuk urea bersubsidi sebesar Rp. 1200/kg. Sedangkan harga pupuk non subsidi berkisar antara Rp. 1600 – Rp. 2000 per kilogram. Disparitas harga ini mendorong oknum-oknum distributor dan pedagang pupuk yang ingin meraup keuntungan sepihak melakukan kecurangan dengan menjual pupuk subsidi ke perusahaan perkebunan dan industri. Akibatnya petani kecil justru tidak kebagian pupuk bersubsidi.
Kondisi ini diperparah lagi dengan adanya disparitas harga pupuk antara di dalam negeri dan di luar negeri. Saat ini harga pupuk di luar negeri mencapai US$ 500/ton, atau sekitar Rp. 5500/kg. Peluang ini dimanfaatkan oleh banyak pihak untuk menyelundupkan pupuk ke luar negeri.
Dalam pandangan Islam, kebijakan menjual pupuk dengan dua harga, yaitu harga subsidi dan non subsidi, tidak seharusnya dilakukan. Negara justru wajib mengupayakan ketersediaan pupuk dengan harga yang murah. Sebab, pupuk merupakan kebutuhan vital yang diperlukan untuk menunjang sektor pertanian. Di mana pertanian merupakan sektor yang menentukan ketersediaan pangan dan sandang yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Jika harga pupuk murah, harga pangan dan sandang pun diharapkan bisa menjadi murah. Dengan cara ini, negara bisa menyediakan kebutuhan pangan dan sandang bagi rakyatnya dengan harga yang murah.
Selain itu, gas yang merupakan bahan baku pupuk urea, merupakan produk tambang yang tidak boleh dikomersialkan oleh negara. Sebab, gas termasuk milik umum yang wajib dikelola negara dan dikembalikan hasil dan manfaatnya kepada rakyat. Jadi, jika pabrik pupuk bisa memperoleh gas dengan harga murah atau bahkan gratis, tentu tidak layak ada pupuk yang dijual dengan harga lebih mahal (non subsidi). Dengan cara inilah, masalah disparitas harga pupuk di dalam negeri dapat diatasi, sehingga kelangkaan pupuk akibat disparitas harga dapat dicegah.
Adapun adanya disparitas harga dengan pasar pupuk di luar negeri, yang berpeluang menyebabkan terjadinya penyelundupan, maka hal ini bisa diatasi dengan pengawasan yang ketat oleh negara. Ini hanya masalah teknis, yang tidak sulit untuk diatasi jika negara benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik.

3.System Pendataan Yang Kurang Akurat
Terjadinya kelangkaan pupuk saat datangnya musim tanam pertama (periode Oktober-Maret) disebabkan pelaksanaan distribusi sistem tertutup dengan mekanisme rencana definitif kelompok kerja tani (RDKK) belum sepenuhnya berjalan efektif. Selain bersifat percobaan, penerapan sistem RDKK belum tersosialisasi secara merata di tingkat petani Sistem RDKK semestinya dilakukan mulai 1 Januari 2009. Tetapi hal tersebut seperti dipaksakan. Dalam permasalahan tersebut dapat dilihat adanya unsur pemaksaan dari pihak produsen agar kelihatan pola distribusi sudah optimal. Di sisi lain, tidak ada political will dari pemerintah. Disamping itu perlu ada koordinasi antarelemen penyedia pupuk, sehingga data yang dihasilkan lebih akurat.

4.Kebijakan Yang Diambil Pemerintah
Guna membantu petani, tahun ini pemerintah menyediakan subsidi Rp 14,7 triliun agar harga pupuk tidak terlalu mahal, disesuaikan dengan kemampuan petani. Untuk itu, setiap tahun pemerintah menetapkan jumlah pupuk bersubsidi yang disalurkan kepada petani dengan harga khusus tersebut. Pabrik pupuk menyalurkan pupuk urea dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah, sementara selisih biaya produksi dengan harga jual dibayar pemerintah kepada pabrik pupuk dalam bentuk subsidi.
Namun, karena terbatasnya dana pemerintah, jumlah pupuk bersubsidi yang disalurkan kepada petani jumlahnya terbatas, belum mencukupi kebutuhan petani. Sebagai gambaran, berdasarkan survei yang dilakukan Dinas Pertanian di seluruh Indonesia, kebutuhan petani terhadap pupuk bersubsidi sebanyak 5,8 juta ton, namun yang disediakan pemerintah hanya 4,3 juta ton.
Berbagai alasan dikemukakan untuk membatasi jumlah pupuk bersubsidi tersebut, seperti petani terlalu boros menggunakan pupuk urea, dana kurang, dan sebagainya. Tetapi, faktanya terjadi kelangkaan pupuk setiap tahun. Tentu saja pabrik pupuk yang ada tidak bisa semena-mena mengucurkan produksinya untuk menutupi kekurangan pasokan pupuk bersubsidi, karena mereka akan rugi.

G.Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang ada dilapangan tentang Kelangkaan pupuk dapat disimpulkan bahwa:
1.Jalur pendistribusian pupuk yang ada sekarang sebenarnya sudah baik, akan tetapi terdapat oknum yang menyelewengkan dari pihak yang terdapat di lapangan.
2.Berdasarkan pengamatan, terdapat beberapa faktor penyebab kelangkaan pupuk yang terjadi selama ini. Dua faktor di antaranya adalah
a.Turunnya produksi pupuk akibat kelangkaan pasokan gas (faktor internal)
b.Terjadinya penyimpangan distribusi akibat adanya disparitas harga pupuk urea (faktor eksternal)

3.Produksi pupuk di pabrik tidak cukup dengan kebutuhan petani di indonesia
4.Keterbatasan dana petani dalam pembelian pupuk kimia.

Selasa, 02 September 2008

Melon
(Melon (Ingg.), Cucumis melo (Latin)
Asal dan Distribusi:
• Tanaman melon ( Cucumis melo L ) termasuk kedalam famili Cucurbitaceae, genus Cucumis. Tanaman ini belum diketahui dengan pasti darimana asalnya namun berdasarkan penyebaran jenis liarnya, mungkin afrika merupakan daerah asal-usulnya.
• Di kawasan Asia tanaman ini merupakan tanaman yang masih baru, namun demikian sekarang sudah menyebar ke beberapa negara seperti Cina, India, Persia dan Rusia Selatan.
• Buah melon dipanen setelah matang benar, yang diperkirakan sesudah 3-4 bulan sejak tanam, daging buah melon mengandung 92,1 % air, 0,50 % protein, 0,3 % lemak, 6,2 % karbohidrat.
Syarat Tumbuh
• Tanaman melon dapat tumbuh pada daerah tropik dan subtropik, tanaman ini memerlukan sinar matahari penuh, sehingga tidak cocok ditanam didaerah lembab dan ternaung. Di daerah beriklim lembab selain banyak penyakit juga perkembangan buahnya kurang baik, tanaman ini tumbuh baik pada tanah berlempung, dengan pH sekitar netral.
• Pemangkasan ujung tanaman tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah buah yang dihasilkan. Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 300 – 400 m dpl, suhu yang diperlukan sekitar 25-35 0C, suhu tinggi mutlak diperlukan pada saat pematangan buah.
• Melon merupakan tanaman semusim tumbuh merambat dengan daun lebar berukuran 10-20 cm yang muncul pada batang yang sekaligus sebagai pelindung bunga atau buah, bunganya hermafrodit, mampu menghasilkan 1-6 buah melon /tanaman. Buah ini matang setelah 6 minggu sesudah mekar.
• Melon yang dibudidayakan dikelompokkan dalam 2 tipe utama yaitu Netted melon dan Winter melon. Netted melon punya buah dengan permukaan luar yang kasar, membentuk garis-garis seperti jala, sedangkan tipe Winter melon mempunyai buah dengan permukaan yang halus, tidak membentuk garis-garis seperti jala.
Penyerbukan dan Pembentukan Buah
• Tanaman bersifat polimorfik, spesiesnya ada yang berbunga jantan, berbunga betina dan berbunga hermafrodit (sempurna). Walaupun tanaman ini menghasilkan bunga sempurna dengan putik dan benang sari , penyerbukan sendiri (self pollination) tidak dapat terjadi. Penyerbukan buah harus melalui penyerbukan silang antara bunga jantan dan bunga sempurna dari tanaman yang sama atau antar tanaman.
• Bunga sempurna akan muncul jika batang utama telah mencapai panjang 60 cm dan terbentuk ruas I dan II dari cabang primer. Bunga jantan juga terus menerus terbentuk sehingga didapatkan perbandingan antara bunga jantan dan bunga sempurna sekitar 10 : 1. Dari beberapa bunga sempurna hanga sebagian kecil saja yang menjadibuah dan berkembang menjadi buah yang dapat dipanen.
• Sehubungan dengan penyerbukan ada faktor internal yang mengatur keberhasilan pembentukan buah. Hal ini menyebabkan adanya pergiliran atau pergantian dalan pemasakan buah.
Manggis
(Mangosteen (Ingg.), Garcinia mangostana L. (Latin))
Asal dari kepulauan Malaya termasuk keluarga Guttiferae. Beberapa species membentuk buah yang dapat dimakan, tetapi tidak seenak buah manggis. Kecuali buah, bagian tanaman lain juga sangat bermanfaat seperti misalnya kulit buah, kulit kayu, akar dan lain bagian yang dapat dimanfaatkan sebagai obat seperti diare, obat cacing, tumor pada rongga mulut. Kulit buah manggis juga merupakan komoditas ekspor dari Singapura ke Cina.
Deskripsi
• Tinggi tanaman 10-25 m. Mahkota bunga ada yang bulat, ada yang seperti piramid kompak meruncing keatas. Tanaman ini sukar dikembangkan, terutama karena pertumbuhannya yang sangat lambat dan memerlukan beberapa tahun agar sistem perakaran dapat benar-benar efektif.
Syarat Tumbuh
• Tumbuh baik di daerah yang suhunya tinggi, lembab, curah hujan tinggi merata sepanjang tahun. Tidak tahan pada angin laut. Suhu optimum untuk pertumbuhannya berkisar antara 220-230C. Tanaman muda membutuhkan naungan yang rimbun baik di dataran rendah sampai ketinggian 800 m dengan curah hujan 1500-2500 mm/tahun. Manggis ini sangat baik tumbuh pada tanah yang kaya akan bahan organik dengan aerasi yang cukup baik. Umumnya tumbuh di dataran rendah terutama di pulau Jawa terdapat di selatan Jawa Barat, bagian utara Jawa Barat sekitar Serang, Tangerang, Cibinong, Purwakarta dan Subang, bagian selatan DKI Jakarta, Jawa Tengah sekitar Bumiayu, Kebumen, sebelah selatan Batang, Kendal dan Ungaran. Di Jawa Timur manggis dapat dikembangkan di daerah basah sekitar G. Semeru ke barat sampai lereng G. Kawi dan ke timur sampai lereng G. Lamongan, sekitar Pacitan-Blitar dan lereng selatan G. Raung
Perbanyakan
 Perbanyakan dengan biji Manggis dapat diperbanyak dengan biji tapi bukan merupakan perbanyakan secara generatif, karena biji manggis terbentuk secara apomiktis. Biji mempunyai viabilitas yang rendah dan cepat mengalami kemunduran. Biji harus segera dikecambahkan segera setelah diambil (dikeluarkan) dari buah. Apabila tetap berada dalam buah, biji manggis tetap bertahan viabilitasnya selama 3-5 minggu. Makin besar bijinya makin baik pertumbuhan tunasnya.
 Perbanyakan secara vegetatif Perbanyakan tanaman manggis secara vegetatif dapat berupa setek, cangkok,penempelan, penyambungan dan penyusuan. Cara yang paling berhasil dilakukan dengan cara penyambungan, yaitu sambung pucuk. Cara ini lebih hemat dalam menggunakan cabang entris (batang atas). Sebagai entris digunakan tunas ujung yang masih muda daunnya tetapi telah cukup keras. Sebagai batang bawah digunakan bibit semai yang sudah berumur 2 tahun atau yang diameter batangnya kurang lebih 0,5 cm, mempunyai kulit batang berwarna hijau. Metode penyambungan celah lebih banyak berhasil daripada metode sisi.
Pembibitan
 Pembibitan perlu dipilih lokasi yang cocok, yaitu teduh dan tidak jauh dari sumber air. Tanah untuk pesemaian diolah cukup dalam, dan dibuat bedengan selebar 1,2 m, tinggi bedengan kira-kira 30 cm. Diantara bedengan dibuat selokan pembuangan air. Tanah diberi pupuk kandang sebanyak 10 kg/m3 apabila biji akan disemai dalam kantong plastik maka media yang baik adalah campuran tanah kebun, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan bagian 1:1:1. Apabila biji disemaikan dalam bedengan, maka biji ditanam pada jarak tanam 40 cm x 30 cm , sedalam 0,5 - 1,0 cm. Pesemaian yang menggunakan kantong plastik, cukup menanam 1 biji dalam 1 kantong plastik. Mulai umur 1 bulan, bibit perlu mendapat pupuk. Setiap bibit diberi 2-3 gram campuran urea dan TSP. Pemberian pupuk diulang sebulan sekali.
Pemeliharaan Tanaman
 Untuk pertumbuhan vegetatif yang baik, satu bulan setelah tanam diberi 100-200 g urea/pohon. Pemberian diulang setiap 6 bulan sekali ditambah 20-30 kg pupuk kandang. Untuk membantu mempertahankan kesehatan tanaman apabila berbuah nanti, maka untuk bibit sambungan mulai umur 4 tahun diberi pupuk NPK, sebanyak 0,5 kg/pohon. Pemberian pupuk NPK juga diulangi setiap 6 bulan sekali, setelah pohon dewasa perlu diberikan pupuk lebih banyak (3,5kg/pohon).
Panen
 Saat panen yang baik apabila kira-kira 25% dari permukaan kulit buah sudah berwarna ungu. Pemetikan buah dilakukan dengan mengikutsertakan tangkai buah, supaya dapat bertahan lebih lama.
 Buah yang baik kemudian dikelompokkan atas dasar ukuran buah yaitu :
o Mutu super yaitu diameter buah 6,5 cm
o Mutu I yaitu diameter buah 5,5-6,5 cm
o Mutu II yaitu diameter buah 5,5 cm
 Untuk perdagangan internasional, mutu buah ditentukan oleh beratnya. Pasar Malaysia dan Hongkong menghendaki berat minimum buah 65 gr sedangkan pasaran Jepang minimum 80 gr. Buah manggis yang dipetik dengan mengikutsertakan tangkainya, pada suhu kamar, buah yang sehat dapat tetap baik sampai 2-3 minggu setelah panen. Penyimpanan pada suhu 4-60C dapat mempertahankan kualitas buah sampai 49 hari. Pada suhu penyimpanan 9-120C, buah dapat bertahan 33 hari.
Mangga
(Mango (Ingg.), Mangifera indica L. (Latin))
Deskripsi
• Tanaman mangga tumbuh dan berproduksi optimal pada daerah dengan ketinggian 0-500 m dpl dengan suhu harian 26 o - 28 o C. Apabila suhu udara di atas 42 o C akan merusak tanaman. Curah hujan optimal 1000-2500 mm per tahun. Pembungaan pada tanaman mangga memerlukan musim kemarau yang jelas, bulan kering 4- 6 bulan (curah hujan per bulan kurang dari 60 mm), dengan jumlah bulan basah kurang dari 7 bulan (curah hujan per bulan lebih dari 100 mm), musim hujan di luar musim berbunga. Daerah ini termasuk tipe C, D, dan E menurut klasifikasi Schmid dan Ferguson.
• Dari potensi produksi 120 kg/pohon, tanaman mangga di Indonesia hanya menghasilkan 40 kg/pohon. Produktivitas per tahun beberapa mangga unggul antara lain mangga Golek-31 sebesar 52,3 kg/pohon, mangga Manalagi-69 sebesar 36,5 kg/pohon dan mangga Arumanis-143 sebesar 54,7 kg/pohon.
• Musim panen mangga berlangsung dari bulan Agustus sampai Desember. Musim panen mangga terjadi seragam di Jawa dan Bali. Pada bulan November terjadi panen raya mangga. Harga buah mangga cenderung menurun setelah panen raya. Hal ini disebabkan preferensi konsumen beralih ke jenis buah-buahan yang lain. Harga mangga akan menaik lagi menjelang panen bersamaan menaiknya preferensi konsumen. Pembungaan di luar musim menjadi kurang ekonomis bila belum didapatkan pemasaran yang memerlukan suplai kontinyu.
• Untuk menghasilkan buah mangga yang berproduksi tinggi dengan kualitas yang baik serta pelaksanaan penanganan pasca panen dan pemasarannya dilakukan hal-hal sebagi berikut :
Budidaya
• Bibit yang digunakan adalah bibit yang sehat dengan tinggi sekitar 50 cm (berusia 6-8 bulan). Bibit ditanam pada lubang tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm dengan jarak tanam 5 m x 5 m. Setelah tanaman mencapai tinggi 1 m batang utama dipangkas dengan menyisakan tanaman setinggi 80 cm dari permukaan tanah. Tunas yang muncul dipelihara 3-4 buah yang baik (sudut 90 – 120 o) untuk menghasilkan cabang primer. Pemangkasan kedua dilakukan 3-6 bulan setelah pemangkasan pertama/tinggi tunas mencapai 1 m seperti pemangkasan kedua untuk menghasilkan cabang sekunder. Begitu selanjutnya hingga pemangkasan ketiga untuk menghasilkan cabang tersier sehingga diperoleh pola percabangan 1-3-9-27. Produksi buah mangga dimulai dari percabangan tersier.
• Pembungaan di luar musim bisa dilakukan dengan menggunakan zat pengatur tumbuh seperti KNO3, CEPA, dan Paklobutrazol. Namun seringkali pembungaan di luar musim ini menghasilkan buah dengan mutu rendah.
• Buah yang terbentuk, setelah berumur 30 – 40 hari dibungkus dengan kertas setelah sebelumnya disemprot dengan pestisida.
• Tanaman yang ukuran tajuknya melebar luas dan tinggi dipangkas berat hingga ukuran tajuk 1,75 m dengan tinggi 3 m. Ukuran tajuk pohon sangat penting karena akan mempengaruhi kemudahan pemeliharaan serta pemanenan buah. Tanaman yang tua juga dipangkas berat sehingga tinggal tersisa tunggulnya saja setinggi 1-1,5 m. Pemangkasan seperti ini bertujuan untuk meremajakan pohon sehingga tidak perlu dilakukan pembongkaran tanaman.
Pemanenan
• Pemanenan buah mangga dilakukan ketika telah memenuhi ciri-ciri buah mangga yang matang, yaitu :
o Adanya lapisan lilin buah
o Bentuk buah sudah padat penuh terutama pada bagian ujung
o Bila buah diketuk menghasilkan nada tingi
o Buah akan tenggelam bila dimasukkan ke dalam air
o Tangkai buah kering
• Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari pada jam 07.00 – 09.00 atau pada sore hari jam 16.00 karena produksi getah rendah.
Pencucian
• Buah mangga yang telah dipanen dicuci untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel terutama sisa-sisa getah yang menenempel di kulit buah. Pemakaian pestisida (benomyl) pada saat pencucian dilakukan untuk mencegah serangan hama dan penyakit pasca panen. Pencucian dilakukan dengan cara ‘hot water dip”, yaitu pertama buah di cuci dengan air dingin lalu direndam dalam air panas.
Sortasi dan Grading
• Sortasi dan grading dilakukan untuk memperoleh buah dengan ukuran, tingkat kematangan dan kualitas yang seragam. Sortasi bertujuan untuk memisahkan buah yang layak jual dan tidak layak dijual agar diperoleh buah yang seragam bentuk, warna, ukuran dan kematangannya sedangkan grading dilakukan untuk memperoleh buah yang seragam ukurannya (besar, sedang, kecil atau sangat kecil).
• Sortasi dan grading sangat penting untuk dilakukan agar buah yang dipasarkan terjaga mutunya. Buah yang rusak akan mempercepat kerusakan buah yang lainnya dalam kemasan. Buah yang tidak lolos sortasi karena kulit buah yang tidak mulus atau buah yang salah bentuk masih dapat dijual ke pasar-pasar tradisional ataupun di jual dalam bentuk kupasan (slice).
• Kriteria Spesifikasi Grading Buah Mangga di Indonesia Menurut Jenis/Ukuran
Varietas Besar
(g) Sedang
(g) Kecil
(g) Sangat Kecil (g)
Arumanis > 400 350 – 400 300 – 349 250 – 299
Golek > 500 450 – 500 400 – 449 350 – 399
Gedong > 250 200 – 250 150 – 149 100 – 149
Manalagi > 400 350 – 400 300 – 349 250 – 299
• Untuk keperluan ekspor terdapat klasifikasi grading tersendiri untuk buah mangga. Buah mangga dibagi menjadi tiga kelas (super, A dan B).
Klasifikasi Ukuran
Kelas Super > 500 g
Kelas A 400 – 500 g
Kelas B 300 – 400 g
Pengemasan
• Buah mangga tahan selama 7 hari setelah masak. Pengemasan yang baik sangat dibutuhkan untuk mencegah kerusakan/susut buah pasca panen terutama saat transportasi/distribusi. Pengemasan dilakukan untuk mencegah benturan, menahan goncangan, mengurangi gesekan, melakukan penumpukan dan mengatur suhu. Kemasan keranjang bambu dapat memuat buah hingga 25 kg, kemasan peti kayu mampu memuat sebanyak 30 kg buah.
Penyimpanan dan Pemeraman
• Mangga termasuk buah klimakterik, yaitu buah yang memiliki pola respirasi yang di awali peningkatan secara lambat, kemudian meningkat pesat dan menurun setelah mencapai puncak. Buah klimakterik dipanen pada saat matang namun belum masak. Pemeraman dilakukan untuk memasakkan buah. Hasil pemeraman kurang baik apabila buah dipetik belum waktunya (belum masak). Penyimpanan buah mangga dibutuhkan penanganan ekstra karena produksi etilen buah yang cukup tinggi sehingga dapat mempercepat kemasakan buah yang tidak diinginkan.
Pengolahan
• Buah mangga tidak melulu hanya dikonsumsi sebagai buah segar, namun juga dapat dijadikam makanan olahan seperti asinan, kari, pure, selai, sari buah, minuman ringan, tepung, keripik dan manisan.