Pembangunan Pertanian Dan Pedesaan Indonesia”
Tema Pembangunan Pertanian dan Pedesaan di Indonesia menjadi sebuah diskursus menarik yang melibatkan kalangan akademisi, pemerintah dan CSO’s (Civil Society Organizations). Kalangan yang terlibat tidak hanya berasal dari dalam negeri akan tetapi juga beberapa kalangan berasal dari luar negeri yang memiliki ketertarikan terhadap konstelasi diskursus di Indonesia. Konteks diskursus yang terbangun pun beragam bentuknya mulai dalam bentuk diskusi publik dalam forum-forum seminar hingga diskusi pada tingkat wacana di berbagai media, baik elektronik maupun cetak.
Permasalahannya adalah konstelasi diskursus yang begitu masif pada tataran realitas dalam banyak hal tidak sampai pada ranah teoritisasi, konseptualisasi atau bahkan operasionalisasi praksis pelaksanaan pembangunan pertanian dan pedesaan yang baik. Pembangunan pertanian dan pedesaan seolah-olah berjalan ditempat dengan tidak memberikan dimensi perubahan yang signifikan terhadap masyarakat petani di pedesaan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan masih tingginya tingkat kemiskinan masyarakat, utamanya masyarakat petani di pedesaan. Di sisi lain, realitas menunjukkan terjadinya kesenjangan besar antara kawasan perkoataan dan pedesaan dalam berbagai aspek seperti sosial, ekonomi, politik, dan infrastruktur.
Permasalahan pembangunan pertanian dan pedesaan pada dasarnya bersifat lintas sektoral, baik secara lembaga maupun konteks keilmuwan. Namun demikian pada ranah keilmuwan, entitas akademis yang senantiasa dikaitkan dengan permasalahan pembangunan pertanian dan pedesaan adalah institusi pendidikan yang memiliki keterkaitan dengan masyarakat pedesaan dan pertanian secara luas. IPB merupakan salah satu entitas akademis yang senantiasa dikaitkan dengan permasalahan pembangunan pertanian dan pedesaan. Hal ini disebabkan IPB menjadi salah satu institusi akademis terbesar di Indonesia yang memilih basis pertanian dan pedesaan sebagai orientasi akademisnya. Oleh karena itu wajar ketika permasalahan stagnasi pembangunan pertanian dan pedesaan dikaitkan dengan keberadaan IPB.
Realitas tersebut memberikan sebuah proses pembelajaran penting bahwa harapan masyarakat luas terhadap keberadaan IPB dalam konteks pembangunan pertanian dan pedesaan sangat besar. Pada saat yang sama kita melihat sebuah kecenderungan bahwa tradisi kritis berkaitan dengan isu-isu pembangunan pertanian dan pedesaan semakin berkurang di tingkat IPB. Forum-forum diskusi dan seminar lebih banyak mengetengahkan isu-isu update yang terkadang tidak bersinggungan sama sekali dengan pembangunan pertanian dan pedesaan. Kondisi ini tidak hanya terjadi di tingkat sarjana saja akan tetapi juga pada tingkat pascasarjana. Padahal potensi untuk memberikan telaah kritis terhadap konteks pembangunan pertanian dan pedesaan Indonesia saat ini dari sisi konseptualisasi akademis sangat besar. Paling tidak secara umum setiap mayor studi pascasarjana di IPB memiliki ruang keterkaitan dengan isu pembangunan pertanian dan pedesaan.
Oleh karena itu, dalam rangka menumbuhkan peran strategis IPB dalam diskursus pembangunan pertanian dan pedesaan, utamanya mayor-mayor pascasarjana IPB, maka Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB (PSP3) akan menyelenggarakan diskusi kritis secara rutin yang melibatkan kalangan mahasiswa pascasarjana IPB dari berbagai mayor. Hal ini dinilai sebagai sesuatu yang penting dan strategis tidak hanya dalam rangka mentradisikan diskusi kritis di kalangan mahasiswa akan tetapi juga dapat dijadikan sebagai arena atau ruang untuk menyusun agenda-agenda riset strategis berkaitan dengan diskursus pembangunan pertanian dan pedesaan di Indonesia.
Daftar Pustaka
Supriyadi Anton,2008. Pembangunan Pertanian Dan Pedesaan Indonesia Konseptualisasi dan implementasi. Pusat Studi Pembangunan Pertanian Dan Pedesaan, IPB.
Selasa, 02 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar